Stop Body Shaming!

By Bella Sukardi - February 07, 2018

https://www.pexels.com/

Tulisan ini dibuat dengan perasaan amburadul dan setengah ngantuk ingin merem, jadi kalo agak ngaco mohon dimaklumi.

Pagi ini seperti biasa, rutinitas dipagi hari, ngantor dengan lunglai hasil begadang semalaman tanpa faedah. "Mata panda lu bel. nggak tidur ya?" Sapa seorang rekan di parkiran. Untuk selanjutnya, bisa ditebak, hampir semua orang ya papasan nanyain pertanyaan yang sama. Dan aku cuma bisa nyengir dan jawab "Iya nih.." lalu jalan lagi kayak zombie lagi jalan santai di car free day (?).

Hampir setengah jam duduk di kloset toilet tanpa aktivitas, duduk aja gitu bengong liat shower diujung sana kayak orang bener, sampe akhirnya muncul refleksi demi refleksi kejadian yang udah-udah. Putaran rekaman kejadian demi kejadian di otakku tiba-tiba berhenti di beberapa memori.

Waktu itu, seorang teman bercerita tentang sebuah kejadian yang annoying banget pas update insta story di instagram. "Bel, gue dapet DM instagram nih dari mbak-mbak nggak tau siapa.." Pas aku baca isi DM nya, wedyann, rasanya pengin emosi ih. Gemes.

Kurang lebih isi DM nya begini..
"Ealah ternyata beda sama fotonya, aslinya jelek banget." Whaattt?? maksudnya apaa ngatain temen aku yang notabene nggak dia kenal dengan kata-kata begitu? kamu siapa? Maksud dan tujuannya apa? Ih, sini aku peluk dulu, biar nggak kurang bahagia. Ah. Kesal sampe ubun-ubun deh.

Pernah beberapa kali juga di akun sosial media beberapa rekan, yang bisa dibilang feed instagramnya keren, fotogenik, menarik, dan artistic, muncul beberapa komen yang nggak seharusnya ditulis oleh manusia yang katanya punya otak dan hati.
"Jelek banget. Gemuk."
"Kok hidungnya gede banget."
"Lengannya gede ya."
"Kurus banget ya, kalo gemukan mungkin lebih bagus."
Dan lain sebagainya..

Sekilas, mungkin itu suatu hal yang biasa. Biasa karena terlanjur dibiasakan, komentar-komentar seperti itu kayaknya udah jadi konsumsi 'wajar' dan udah mengakar dalam di konstruksi sosial kita sehari-hari.

Body shaming, atau sederhananya adalah ucapan atau komentar yang mencela bentuk fisik orang lain. Contoh lebih simpelnya lagi, dulu nih sebelum ada dunia per-sosial media-an, pergaulan kita sedari kecil pun telah akrab dengan body shaming yang kalo orang jawa bilang 'parapan'. Anak-anak sering memanggil temannya dengan sebutan yang identik dengan karakter fisiknya yang 'mencolok' atau 'beda' dari yang lain. Body shaming  nggak pandang bulu, siapapun dan dimanapun bisa mengalami nya. Tak terkecuali Tulus, makanya dia ciptain lagu Gajah yang populer itu.

Body shaming ini sangat berbahaya dampak psikologis lho, pernah denger cerita putri Diana yang mengalami bulimia karena krisis kepercayaan diri setelah pangeran Charles mengucapkan kata-kata "Kamu kelihatan sedikit gemuk"? Beberapa sumber menyatakan bahwa putri Diana menderita bulimia, dan selalu melakukan binge eating dan purging.

Terlepas dari valid atau enggaknya berita tersebut, yang mau aku tekanin adalah menyinggung fisik merupakan hal yang sangat sensitif. Apalagi bagi wanita, yang setiap inci tubuhnya bisa jadi bahan komentar dan celaan. "Kan bercanda aja, lucu-lucuan.." Hey common guys! Kita nggak tau apa yang sedang di lalui oleh orang tersebut, nggak tau dalem hatinya, seberapa berat hidupnya, seberapa sulit harinya, dan seberapa besar usahanya buat dia tampil seperti sekarang. Kok yo enak wae komentar gitu.

Mostly orang yang curhat ke aku karena kena body shaming ini respon mereka ketika dibercandain keliatan happy happy aja lho. Bahkan bales candaannya. Tapi dalem hati, siapa yang tau yakan..

"Ah Bel. Kamu nggak ngrasain sih gimana jadi aku.." Ucap temen aku yang jadi korban body shaming karena menurut orang lain, tubuhnya nggak "ideal" dan kulitnya yang lebih gelap dibanding yang lain. Padahal ideal nggak ideal nggak ada tolak ukur yang jelas, dan kulit hitam terus kenapa? Kayaknya kita ini rame-rame berjamaah jadi korban iklan skin care yang campaigne-nya menegaskan kalau image wanita cantik itu kulit putih merona, atau tubuh yang tinggi dan kurus bak mbak-mbak model di katalog produk underwear

Aku nggak pernah ngerasain? Ah salah besar. Bahkan orang terdekat pun kadang sering ngelakuin body shaming lho ke aku. 
"Bel, kok kusem banget sih mukanya."
"Bel, kurusan dikit lagi dong kayaknya lebih bagus deh."
"Gede banget sih idungmu Bel."
"Jangan makan banyak-banyak bel, nanti makin gemuk."

And so many more. Tersinggung? dulu iya. Cuma, lama-lama aku pikir whatever lah ya. Apapun yang orang bilang soal fisik aku, I don't really care. Aku banyak belajar soal body positivity. Bagaimana berdamai dengan kekurangan fisik kita, dan bagaimana mencintai diri kita sendiri apa adanya. Eits,  tapi bukan berarti nggak care dan nggak ngerawat diri ya. Mungkin dulu aku termotivasi olahraga biar kurus karena perkataan orang, sekarang? BIG NO, aku olahraga karena aku mencintai diriku sendiri, aku pengin aku sehat dan nyaman dengan diriku sendiri. I put on my lipstic, bukan untuk attract the other people. Tapi lebih kepada aku suka dan mau. Dan hampir semua yang aku pakai atau aku lakuin ya karena aku mau. Bukan karena orang lain. Merdeka bukan? That's it.

Jadi, buat kamu yang suka ngelakuin body shaming, mungkin kamu perlu pikirin lagi apakah itu bakal menyinggung dan menyakiti orang lain atau engga.
"Be sure you taste your words before you spit them out."

Dan kamu yang kena body shaming, just let it go, just be you dan nggak usah dipikir-pikir amat, toh orang itu nggak bayarin tagihan listrik kamu kan? Mulailah mencintai diri sendiri lebih dahulu. Kalo bukan kamu, siapa lagi?

You've got to love yourself first. You've got to be okay on your own before you can be okay with somebody else.

Salam Berbagi.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments